Minggu, 15 Agustus 2010

hikma puasa

“Dan carilah pada apa yg telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagian negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari keni’matan dunia.”

Hikmah yg diperoleh dari ajaran berpuasa Ramadan nilai kesalehan selalu berada pada jaringan sosial masyarakat dilandasi oleh kualitas iman dan takwa. Sehingga dalam kalbu kita tumbuh pribadi yg kuat senantiasa ikhlas beramal dan bukan pribadi yg selalu menjadi beban orang lain. Kondisi sekarang kesalehan sosial yg berwujud rasa peduli terhadap merebaknya kemiskinan terlihat jelas konteksnya.

Seperti tidak menentunya kondisi perekonomian rakyat anjloknya nilai rupiah yg dirasakan pahit bagi masyarakat golongan bawah. Situasi perekonomian yg tidak jelas juntrungnya di berbagai aspek kehidupan menumbuhkan nafsu egoistis di kalangan masyarakat tingkat menengah ke atas menjauhkan diri dari nilai-nilai kemanusiaan menggiringnya ke sikap apatisme. Esensi ajaran Islam tidak mengajarkan manusia bersikap masa bodoh terhadap masyarakat lingkungan lebih-lebih terhadap mereka yg hidup kekurangan dan miskin.

Islam tidak boleh membiarkan umatnya hidup serba kekurangan melainkan dijadikan manusia itu menjadi mahluk yg hidup dalam keseimbangan antara keperluan duniawiyah dan ukhrawiyah. Karena itu hikmah puasa Ramadan secara kondusif melahirkan dua dimensi keberkahan kehidupan dunia dan akhirat.

Secara fisik dgn berpuasa seseorang harus mampu mengendalikan nafsu sekularitas hedonistis egoistis maupun sikap hidup kompetitif konsumtif agar hidup ini senantiasa dihayati sebagai rahmat dan ni’mat dari Allah SWT. Mereka harus menahan rasa lapar dan haus tidak melakukan hubungan badan dgn istri dari waktu fajar hingga matahari tenggelam di petang hari serta tidak melakukan perbuatan jahat tidak mengeluarkan kata-kata kotor menahan emosi dan nafsu amarah serta berbagai perbuatan tercela lainnya.

Secara psikologis seseorang yg berpuasa Ramadan menyatukan dirinya dalam kondisi penderitaan akibat rasa lapar dan haus yg selama itu lbh banyak diderita oleh fakir miskin yg dalam hidupnya selalu terbelenggu oleh kemiskinan. Esensi puasa Ramadan juga memberikan nilai ajaran agar orang yg beriman dan bertakwa mengikuti tuntunan Nabi saw yg hidupnya amat sederhana dan selalu bersikap lugu dalam segala aspek kehidupannya.Beliau menganjurkan kepada umat Islam “berhentilah kamu makan sebelum kenyang.” Contoh sederhana tsb mudah didengar tapi terasa berat dilaksanakan jika seseorang tengah bersantap dgn makanan lezat. Memang itulah tuntunan yg memiliki bobot kesadaran diri tinggi terhadap lingkungan masyarakat miskin yg berada di lingkungannya.

Di bagian lain Nabi saw mencontohkan “berbuka puasalah kamu dgn tiga butir kurma dan seteguk air minum setelah itu bersegeralah salat magrib.” Kaitannya dgn itu Nabi Saw menganjurkan agar selalu gemar memberi makan utk tetangga yg miskin. Fenomena kesadaran fitrah di atas dalam puasa Ramadan saat ini diharapkan mampu membentuk rasa keterikatan jiwa dan moral utk memihak kepada kaum dhuafa fakir miskin. Pendekatan ini harus diartikulasikan pada pola pikir dan pola tindak ke dalam bingkai amal saleh mampu melebur ke dalam pola kehidupan kaum mustadh’afin.

Seperti dicontohkan Nabi SAW saat membebaskan budak masyarakat kecil dan golongan lemah yg tertindas dgn membangkitkan ‘harga diri’ dan nilai kemanusiaan. Nabi SAW bisa hidup di tengah mereka dalam kondisi sama-sama lapar tidur di atas pelepah daun kurma. Begitu dekatnya Nabi Saw dgn orang-orang miskin sampai-sampai beliau mendapat julukan Abul Masakin . Ketika ada seorang sahabat bertanya terhadap keberadaan dirinya beliau menjawab “carilah aku di tengah orang-orang yg lemah di antara kalian.” Isyarat yg diberikan Nabi Saw ini menggugah seorang pemikir Islam dari Turki Hilmi H. Isyik mengatakan “Orang yg bersikap masa bodoh terahdap orang-orang miskin di sekitarnya tidak mungkin ia menjadi seorang muslim yg baik.” Pengertian di atas mengambil esensi dari Sabda Nabi Saw yg maksudnya tiap orang muslim jangan mengabaikan dasar pokok iman ibadah dan akhlak. Kalau hal itu terabaikan amal atau muamalat duniawi akan menyimpang tidak terkontrol nafsu kemurkaannya tidak terkendali sehingga orang akan berperilaku sekehendaknya sendiri tanpa memperdulikan lingkungan dan penderitaan orang lain. Dampaknya dapat menghancurkan sikap toleransi dan solidaritas sesama umat Muslim.

Nabi Saw bersabda “Barangsiapa tidak merasa terlibat dgn permasalahan umat Islam dia bukanlah dari golonganku.” Ini jelas memperingatkan permasalahan umat Muhammad yg tumbuh di dunia bukan hanya ibadah salat dan puasa saja juga luluh ke dalam nasib penderitaan sesama umat. Konteksnya dgn puasa Ramadan Nabi saw menegaskan “begitu banyak orang berpuasa tapi yg dihasilkannya hanya rasa lapar dan haus semata-mata.” Sabda ini mengandung arti hikmah puasa Ramadan bukan sekadar menahan rasa lapar dan haus menahan nafsu dan keinginan hedonistis melainkan secara esensial mengandung makna penghayatan rohani amat yg dalam yakni ekspresi jiwa dan konsentrasi mental secara utuh dan solid di mana sendi-sendi mental dan jiwa terperas ke dalam fitrah diri meluruskan disiplin pribadi dgn baik.

Semua rangkuman di atas merupakan intisari dari firman Allah Swt “Hai orang-orang yg beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana di wajibkan atas orang-orang sebelum kami agar kamu bertakwa.” . Di sinilah kekuatan iman dan takwa seorang Muslim diuji. Sehingga jelas nilai takwa seorang Muslim terangkat pada derajat hidup manusia ke dalam orientasi kehidupan duniawi sekaligus memperoleh justifikasi etis keakhiratan. Allah Swt berfirman “Dan carilah pada apa yg telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagian negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari keni’matan dunia.” . Dari sana pula pendekatan yg fleksibel sesama umat dijalin dgn batas pengertian tertentu yakni berpegang pada pokok akidah yg kita yakini sehingga upaya mengangkat kemiskinan terwujud dgn semangat kebersamaan dan solidaritas yg tinggi dalam implementasi wadah puasa Ramadan yg penuh rahmat ampunan dan barakah. sumber file al_islam.chm

Read More..

Makna Puasa

blogspot

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : Setiap amalan anak Adam untuknya satu kebaikan dibalas dengan 10 sampai 700 kebaikan. Allah berfirman, ‘Kecuali puasa, karena dia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya’. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kata puasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan) atau salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Puasa dalam bahasa Arab disebut shiyam atau shaum. Keduanya sama-sama kata dasar dari kata kerja sha-wa-ma, yang berarti menahan secara mutlak dan tidak bepergian dari satu tempat ke tempat lain (Asy-Syaukani, 1173 – 1255 H, dalam Fathul-Qadir).

Orang yang diam pun dapat dikatakan berpuasa, sebab ia menahan diri dari berbicara sebagaimana firman Allah SWT: Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah. Puasa di sini berarti tidak berbicara. Hal ini juga dipertegas dengan baris selanjutnya: Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. (QS. Maryam [19] : 26).

Hal tersebut di atas dapat dipahami bahwa shiyam atau shaum merupakan qiyam bila ‘amal, yang berarti ‘beribadah tanpa bekerja’. Dikatakan demikian karena puasa itu sendiri bebas dari gerakan-gerakan, baik gerakan itu berdiri, berjalan, makan, minum dan sebagainya. Sehingga, Ibnu Duraid mengatakan bahwa segala sesuatu yang diam dan tidak bergerak, berarti sesuatu itu sedang berpuasa.

Ibnu Mandzur dalam Lisan Al-’Arab mendefinisikan puasa sebagai hal meninggalkan makan, minum, menikah, dan berbicara.

Adapun pengertian puasa menurut istilah ulama fiqh adalah menahan diri dari segala yang membatalkan sehari penuh mulai dari terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Dalam Surah Al-Baqarah, Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah [2] : 183)

Demikianlah uraian singkat tentang makna puasa. Mudah-mudahan menjadi pengingat bahwa Ramadhan akan menjadikan kita sebagai insan kamil. Jutaan kebahagiaan dan kemenangan selalu Allah SWT tawarkan kepada kita di dalam bulan yang mulia ini. Sungguh merugi sekali bila kita tidak memanfaatkan momentum Ramadhan.

Read More..

makna puasa

Di antara syahwat besar yang dapat menyesatkan manusia adalah syahwat perut dan kemaluan. Puasa membiasakan jiwa mengendalikan kedua syahwat tersebut.

“Puasa adalah separuh kesabaran” [HR. Tirmidzi & Ibnu Majah, sanad hasan].

Ada tiga tingkatan puasa:

1. Puasa orang awam: menahan perut dan kemaluan dari mengikuti kemauan syahwat.

2. Puasa orang khusus: menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan semua anggota badan dari berbagai dosa.

3. Puasa orang super khusus : puasa hati dari berbagai keinginan rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah secara total. Aktifitas duniawi mereka pun diperuntukkan demi bekal akhirat.

Ada enam (6) cara menggapai puasa para shalihin (orang khusus):

a. Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci.

“Pandangan adalah salah satu anak panah yang beracun di antara anak panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatan di dalam hatinya.” [HR. al-Hakim -yg men-shahih-kan sanadnya].

b. Puasa lisan: menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran dan perdebatan; mengisinya dengan diam, dzikrullah dan tilawah al-Quran.

“Sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai; apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh; dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan sesungguhnya aku berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa.” [HR. Bukhari & Muslim].

c. Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap yg diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarkannya. Allah SWT menyetarakan orang yang mendengarkan dan yang memakan barang yang haram, “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.” [Al-Maidah: 42].

d. Menahan berbagai anggota badannya dari berbagai dosa; seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa. Tidak ada artinya berpuasa dari yang halal, tapi berbuka puasa dengan yang haram. Barang yang haram adalah racun yang menghancurkan agama, sedangkan barang yang halal adalah obat yang bermanfaat bila dikonsumsi sedikit tetapi berbahaya bila terlalu banyak.

Apa artinya pula berpuasa dari makanan halal tapi ‘memakan daging manusia’ (berghibah -yang notabene haram) ketika berbuka.

“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.” [HR. Nasa'i & Ibnu Majah].

e. Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya. Tujuan puasa ialah pengosongan dan menundukkan nafsu untuk memperkuat jiwa mencapai taqwa. Dan esensi puasa adalah melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarana syetan untuk kembali kepada keburukan. Semua ini tidak akan tercapai kecuali dengan mengurangi makanan yang biasa dimakan pada di tiap malam ketika tidak berpuasa. Bahkan di antara adabnya adalah mengurangi tidur siang agar merasakan lapar kemudian berusaha agar setiap malam bisa bertahajjud beserta wiridnya sehingga hatinya menjadi jernih, karena bisa jadi syetan tidak mengitari hatinya dan dia bisa melihat berbagai keghaiban langit.

f. Ber-ifthar dengan hati cemas dan harap, mengkhawatirkan ‘nilai’ puasanya. Hendaklah hati dalam keadaan demikian di akhir setiap ibadah yang baru saja dilaksanakan. Sebagian ulama’ berkata: ‘berapa banyak orang yang berpuasa sesungguhnya dia tidak berpuasa dan berapa banyak orang yang tidak berpuasa tetapi sesungguhnya dia berpuasa.

-Diringkas dari “Rahasia Puasa dan Syarat-Syarat Batinnya”, buku Tazkiyatun Nafs susunan Sa’id Hawwa-

Read More..

Kamis, 05 Agustus 2010

Kekerasan Pada Siswa di Sekolah
Kategori Pendidikan
Oleh : Pudji Susilowati, S.Psi
Jakarta, 19 Mei 2008

Kekerasan dapat terjadi dimana saja, termasuk di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNICEF (2006) di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 80% kekerasan yang terjadi pada siswa dilakukan oleh guru. Belakangan ini masyarakat dikejutkan dengan berita mengenai seorang guru yang menganiaya salah satu siswanya akibatnya siswa tersebut harus dirawat di rumah sakit. Di televisi juga pernah marak diberitakan mengenai siswa yang melakukan kekerasan pada siswa lainnya, contohnya kasus IPDN, dll. Hal ini, tentunya cukup mengejutkan bagi kita. Kita tahu bahwa sekolah merupakan tempat siswa menimba ilmu pengetahuan dan seharusnya menjadi tempat yang aman bagi siswa. Namun ternyata di beberapa sekolah terjadi kasus kekerasan pada siswa yang dilakukan oleh sesama siswa, guru atau pihak lain di dalam lingkungan sekolah. Kuriake mengatakan bahwa di Indonesia cukup banyak guru yang menilai cara kekerasan masih efektif untuk mengendalikan siswa (Phillip, 2007). Padahal cara ini bisa menyebabkan trauma psikologis, atau siswa akan menyimpan dendam, makin kebal terhadap hukuman, dan cenderung melampiaskan kemarahan dan agresi terhadap siswa lain yang dianggap lemah. Lingkaran negatif ini jika terus berputar bisa melanggengkan budaya kekerasan di masyarakat.

Untuk itu, pada kesempatan ini, kita akan membahas mengenai kekerasan pada siswa dan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak yang terkait.


Definisi Kekerasan pada siswa

* Kekerasan pada siswa adalah suatu tindakan keras yang dilakukan terhadap siswa di sekolah dengan dalih mendisiplinkan siswa (Charters dalam Anshori, 2007). Ada beberapa bentuk kekerasan yang umumnya dialami atau dilakukan siswa.
* Kekerasan fisik : kekerasan fisik merupakan suatu bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan luka atau cedera pada siswa, seperti memukul, menganiaya, dll.
* Kekerasan psikis : kekerasan secara emosional dilakukan dengan cara menghina, melecehkan, mencela atau melontarkan perkataan yang menyakiti perasaan, melukai harga diri, menurunkan rasa percaya diri, membuat orang merasa hina, kecil, lemah, jelek, tidak berguna dan tidak berdaya.
* Kekerasan defensive : kekerasan defensive dilakukan dalam rangka tindakan perlindungan, bukan tindakan penyerangan (Rini, 2008).
* Kekerasan agresif : kekerasan agresif adalah kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu seperti merampas, dll (Rini, 2008).


Faktor-faktor Penyebab Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan
Kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

Dari Guru
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru melakukan kekerasan pada siswanya, yaitu:

* Kurangnya pengetahuan bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk memotivasi siswa atau merubah perilaku, malah beresiko menimbulkan trauma psikologis dan melukai harga diri siswa.
* Persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Bagaimana pun juga, setiap anak punya konteks kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata dan tindakan yang terlihat saat ini, termasuk tindakan siswa yang dianggap "melanggar" batas. Apa yang terlihat di permukaan, merupakan sebuah tanda / sign dari masalah yang tersembunyi di baliknya. Yang terpenting bukan sebatas "menangani" tindakan siswa yang terlihat, tapi mencari tahu apa yang melandasi tindakan / sikap siswa.
* Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola emosi hingga guru ybs menjadi lebih sensitif dan reaktif.
* Adanya tekanan kerja : target yang harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa didiknya sementara kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan maksimal cukup besar.
* Pola authoritarian masih umum digunakan dalam pola pengajaran di Indonesia. Pola authoritarian mengedepankan faktor kepatuhan dan ketaatan pada figure otoritas sehingga pola belajar mengajar bersifat satu arah (dari guru ke murid). Implikasinya, murid kurang punya kesempatan untuk berpendapat dan berekspresi. Dan, pola ini bisa berdampak negatif jika dalam diri sang guru terdapat insecurity yang berusaha di kompensasi lewat penerapan kekuasaan.
* Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan cenderung mengabaikan kemampuan afektif (Rini, 2008). Tidak menutup kemungkinan suasana belajar jadi "kering" dan stressful, dan pihak guru pun kesulitan dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang menarik, padahal mereka dituntut mencetak siswa-siswa berprestasi.

Dari siswa
Salah satu factor yang bisa ikut mempengaruhi terjadinya kekerasan, adalah dari sikap siswa tersebut. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari dimensi psikologis dan kepribadian siswa itu sendiri. Kecenderungan sadomasochism tanpa sadar bisa melandasi interaksi antara siswa dengan pihak guru, teman atau kakak kelas atau adik kelas. Perasaan bahwa dirinya lemah, tidak pandai, tidak berguna, tidak berharga, tidak dicintai, kurang diperhatikan, rasa takut diabaikan, bisa saja membuat seorang siswa clinging pada powerful / authority figure dan malah "memancing" orang tersebut untuk actively responding to his / her need meskipun dengan cara yang tidak sehat. Contohnya, tidak heran jika anak berusaha mencari perhatian dengan bertingkah yang memancing amarah, agresifitas,atau pun hukuman. Tapi, dengan demikian, tujuannya tercapai, yakni mendapat perhatian. Sebaliknya, bisa juga perasaan inferioritas dan tidak berharga di kompensasikan dengan menindas pihak lain yang lebih lemah supaya dirinya merasa hebat.

Dari Keluarga
Kekerasan yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa, perlu juga dilihat dari factor kesejarahan mereka.

Pola Asuh

* Anak yang dididik dalam pola asih yang indulgent, highly privilege (orang tua sangat memanjakan anak dan memmenuhi semua keinginan anak), tumbuh dengan lack of internal control and lack of sense of responsibility. Mengapa? Dengan memenuhi semua keinginan dan tuntutan mereka, anak tidak belajar mengendalikan impulse, menyeleksi dan menyusun skala prioritas kebutuhan, dan bahkan tidak belajar mengelola emosi. Ini jadi bahaya karena anak merasa jadi raja dan bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dan bahkan menuntut orang lain melakukan keinginannya. Jadi anak akan memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, dengan cara apapun juga asalkan tujuannya tercapai. Anak juga tak memiliki sense of responsibility karena kemudahan yang ia dapatkan, membuat anak tidak berpikir action-consequences, aksi reaksi, kalau mau sesuatu ya harus berusaha. Anak di sekolah ingin dapat nilai bagus tapi tidak mau belajar, akhirnya mencontek, atau memaksa siswa lain memberi contekan dengan ancaman atau pun bribe .
* Orang tua yang emotionally or physically uninvolved, bisa menimbulkan persepsi pada anak bahwa mereka tidak dikehendaki, jelek, bodoh, tidak baik, dsb. Kalau situasi ini tidak sempat diperbaiki, bisa menimbulkan dampak psikologi, yakni munculnya perasaan inferior, rejected, dsb. Unresolved feeling of emotionally - physically rejected, membuat anak memilih untuk jadi bayang-bayang orang lain, clinging to strong identity meskipun sering jadi bahan tertawaan atau hinaan, disuruh-suruh. Atau, anak cenderung menarik diri dari pergaulan, jadi pendiam, pemurung atau penakut hingga memancing pihak aggressor untuk menindas mereka. Sebaliknya, orang tua yang terlalu rigid dan authoritarian, tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk berekspresi, dan lebih banyak mengkritik, membuat anak merasa dirinya "not good enough" person, hingga dalam diri mereka bisa tumbuh inferioritas, dependensi, sikapnya penuh keraguan, tidak percaya diri, rasa takut pada pihak yang lebih kuat, sikap taat dan patuh yang irrasional, dsb. Atau, anak jadi tertekan, karena harus menahan semua gejolak emosi, rasa marah, kecewa, sedih, sakit hati - tanpa ada jalan keluar yang sehat. Lambat laun tekanan emosi itu bisa keluar dalam bentuk agresivitas yang diarahkan pada orang lain.

Orangtua mengalami masalah psikologis
Jika orangtua mengalami masalah psikologis yang berlarut-larut, bisa mempengaruhi pola hubungan dengan anak. Misalnya, orang tua yang stress berkepanjangan, jadi sensitif, kurang sabar dan mudah marah pada anak, atau melampiaskan kekesalan pada anak. Lama kelamaan kondisi ini mempengaruhi kehidupan pribadi anak. Ia bisa kehilangan semangat, daya konsentrasi, jadi sensitif, reaktif, cepat marah, dsb.

Keluarga disfungsional
Keluarga yang mengalami disfungsi punya dampak signifikan terhadap sang anak. Keluarga yang salah satu anggotanya sering memukul, atau menyiksa fisik atau emosi, intimidasi anggota keluarga lain; atau keluarga yang sering konflik terbuka tanpa ada resolusi, atau masalah berkepanjangan yang dialami oleh keluarga hingga menyita energy psikis dan fisik, hingga mempengaruhi interaksi, komunikasi dan bahkan kemampuan belajar, kemampuan kerja beberapa anggota keluarga yang lain. Situasi demikian mempengaruhi kondisi emosi anak dan lebih jauh mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Sering dijumpai siswa "bermasalah", setelah diteliti ternyata memiliki latar belakang keluarga yang disfungsional.

Dari Lingkungan
Tak dapat dipungkiri bahwa kekerasan yang terjadi selama ini juga terjadi karena adanya faktor lingkungan, yaitu:

* Adanya budaya kekerasan : seseorang melakukan kekerasan karena dirinya berada dalam suatu kelompok yang sangat toleran terhadap tindakan kekerasan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan tersebut memandang kekerasan hal yang biasa / wajar.

* Mengalami sindrom Stockholm : Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi psikologis dimana antara pihak korban dengan pihak aggressor terbangun hubungan yang positif dan later on korban membantu aggressor mewujudkan keinginan mereka. Contoh, kekerasan yang terjadi ketika mahasiswa senior melakukan kekerasan pada mahasiswa baru pada masa orientasi bersama terjadi karena mahasiswa senior meniru sikap seniornya dulu dan dimasa lalunya juga pernah mengalami kekerasan pada masa orientasi

* Tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan : Jika seseorang terlalu sering menonton tayangan kekerasan maka akan mengakibatkan dirinya terdorong untuk mengimitasi perilaku kekerasan yang ada di televisi. Sebab, dalam tayangan tersebut menampilkan kekerasan yang diasosiasikan dengan kesuksesan, kekuatan dan kejayaan seseorang. Akibatnya, dalam pola berpikir muncul premis bahwa jika ingin kuat dan ditakuti, pakai jalan kekerasan.


Dampak Kekerasan Pada Siswa
Apa saja dampak kekerasan pada siswa? Kekerasan yang terjadi pada siswa di sekolah dapat mengakibatkan berbagai dampak fisik dan psikis, yaitu:

* Dampak fisik : kekerasan secara fisik mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan seperti memar, luka-luka, dll.
* Dampak psikologis : trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam, menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif, serta daya tahan (mental) siswa, menurunnya rasa percaya diri, inferior, stress, depresi dsb. Dalam jangka panjang, dampak ini bisa terlihat dari penurunan prestasi, perubahan perilaku yang menetap,
* Dampak sosial : siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada penanggulangan, bisa saja menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena takut, merasa terancam dan merasa tidak bahagia berada diantara teman-temannya. Mereka juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit mempercayai orang lain, dan semakin menutup diri dari pergaulan.


Solusi Untuk Mengatasi Kekerasan pada siswa di Sekolah
Bukankah kita mengharapkan agar generasi penerus kita merupakan generasi yang sehat secara fisik dan psikis? Oleh karena itu, kekerasan yang terjadi pada siswa di sekolah perlu ditangani karena mengakibatkan dampak negatif bagi siswa. Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi kekerasan pada siswa di sekolah, yaitu:

Bagi Sekolah

* Menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah
* Pendidikan tanpa kekerasan adalah suatu pendidikan yang ditujukan pada anak dengan mengatakan "tidak" pada kekerasan dan menentang segala bentuk kekerasan. Dalam menanamkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah, guru dapat melakukannya dengan menjalin komunikasi yang efektif dengan siswa, mengenali potensi-potensi siswa, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan guru menghargai siswa sesuai dengan talenta yang dimiliki siswa (Susilowati, 2007).
* Hukuman yang diberikan, berkorelasi dengan tindakan anak. Ada sebab ada akibat, ada kesalahan dan ada konsekuensi tanggung jawabnya.Dengan menerapkan hukuman yang selaras dengan konsekuensi logis tindakan siswa yang dianggap keliru, sudah mencegah pemilihan / tindakan hukuman yang tidak rasional.
* Sekolah terus mengembangkan dan membekali guru baik dengan wawasan / pengetahuan, kesempatan untuk punya pengalaman baru, kesempatan untuk mengembangkan kreativitas mereka. Guru juga membutuhkan aktualisasi diri, tidak hanya dalam bentuk materi, status, dsb. Guru juga senang jika diberi kesempatan untuk menuangkan aspirasi, kreativitas dan mencoba mengembangkan metode pengajaran yang menarik tanpa keluar dari prinsip dan nilai-nilai pendidikan. Selain itu, sekolah juga bisa memberikan pendidikan psikologi pada para guru untuk memahami perkembangan anak serta dinamika kejiwaan secara umum. Dengan pendekatan psikologi, diharapkan guru dapat menemukan cara yang lebih efektif dan sehat untuk menghadapi anak didik.
* Konseling. Bukan hanya siswa yang membutuhkan konseling, tapi guru pun mengalami masa-masa sulit yang membutuhkan dukungan, penguatan, atau pun bimbingan untuk menemukan jalan keluar yang terbaik.
* Segera memberikan pertolongan bagi siapapun yang mengalami tindakan kekerasan di sekolah, dan menindaklanjuti kasus tersebut dengan cara adekuat.

Sekolah yang ramah bagi siswa merupakan sekolah yang berbasis pada hak asasi, kondisi belajar mengajar yang efektif dan berfokus pada siswa, dan memfokuskan pada lingkungan yang ramah pada siswa. Menurut Rini (2008), perlu di kembangkan pembelajaran yang humanistik yaitu model pembelajaran yang menyadari bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi yang otomatis namun membutuhkan keterlibatan mental, dan berusaha mengubah suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dengan memadukan potensi fisik dan psikis siswa.

Bagi Orangtua atau keluarga

* Perlu lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam memilihkan sekolah untuk anak-anaknya agar tidak mengalami kekerasan di sekolah.
* Menjalin komunikasi yang efektif dengan guru dan sesama orang tua murid untuk memantau perkembangan anaknya.
* Orangtua menerapkan pola asuh yang lebih menekankan pada dukungan daripada hukuman, agar anak-anaknya mampu bertanggung jawab secara sosial
* Hindari tayangan televisi yang tidak mendidik, bahkan mengandung unsur kekerasan. Kekerasan yang ditampilkan dalam film cenderung dikorelasikan dengan heroisme, kehebatan, kekuatan dan kekuasaan.
* Setiap masalah yang ada, sebaiknya dicari solusi / penyelesaiannya dan jangan sampai berlarut-larut. Kebiasaan menunda persoalan, menghindari konflik, malah membuat masalah jadi berlarut-larut dan menyita energy. Sikap terbuka satu sama lain dan saling mendukung, sangat diperlukan untuk menyelesaikan setiap persoalan dengan baik.
* Carilah bantuan pihak professional jika persoalan dalam rumah tangga, semakin menimbulkan tekanan hingga menyebabkan salah satu atau beberapa anggota keluarga mengalami hambatan dalam menjalankan kehidupan mereka sehari-hari.

Bagi siswa yang mengalami kekerasan
Segera sharing pada orangtua atau guru atau orang yang dapat dipercaya mengenai kekerasan yang dialaminya sehingga siswa tersebut segera mendapatkan pertolongan untuk pemulihan kondisi fisik dan psikisnya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi semua pihak, baik guru, orang tua dan siswa untuk memahami bahwa kekerasan bukanlah solusi atau aksi yang tepat, namun semakin menambah masalah. Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat dan mengurangi terjadinya kekerasan pada siswa. Perlu diingat, bahwa untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan kerjasama dari semua pihak.
Read More..
Read More..

Selasa, 03 Agustus 2010

Sekolah Asal, Tolak Bina Kembali Anggota Gang Nero
Oleh : Agus Pambudi | 19-Jun-2008, 02:38:00 WIB

KabarIndonesia - 3 SMA, tempat 4 remaja putri anggota Gang Nero bersekolah, menolak untuk membina mereka kembali, sebagai muridnya. Karna mereka dinilai telah mencemarkan nama lembaga pendidikan, SMA tempat asal mereka belajar. Secara administrasi, mereka dikeluarkan dari sekolahnya, pada tanggal 14 Juni 2008.

Para Kepala SMA di Batangan dan Juwana, menolak saran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pati, Sarpan, untuk kembali membina siswinya yang terlibat aksi kekerasan Gang Nero. Justru sebaliknya, para Kepala SMA yang siswinya terlibat Gang Nero, mengambil kebijakan untuk mengeluarkan mereka dari tempatnya belajar.

Keputusan tersebut, diantaranya telah dijatuhkan oleh SMA Negeri Batangan, terhadap siswinya yang menjadi anggota Gang Nero itu, sejak tanggal 14 Juni 2008 lalu.

Kepala SMA Negeri Batangan, Sutowo SPd, yang diwawancara usai rapat evaluasi pendidikan bersama Komisi D DPRD Pati menyatakan, pihaknya bersama Komite Sekolah sudah tidak dapat menerima 2 siswinya yang kini berurusan dengan Polisi, karna aksi kekerasan bersama Gang Nero. Langkah yang sama juga diambil SMA Negeri 1 Juwana, maupun SMK Diponegoro Juwana. “Kami harus kembali melobi dengan temen-temen komite, masyarakat, para siswa, dan para guru dulu. Masalahnya kami tidak seorang diri, dan sesuai administrasi kami sudah melepas mereka, itupun atas permintaan orang tua. Kalau tetap di sekolah lamanya, dia tidak nyaman dengan gurunya maupun temannya, karna mereka sudah ada nilai negatifnya”, jelasnya.

Kepala SMA Negri 1 Batangan, Sutowo menyayangkan penyiaran berita Gang Nero yang dikaitkan dengan Gang Brengsek, di media massa. Karna antara Gang Nero dan Gang Brengsek tidak ada kaitannya. Tapi dengan gencarnya pemberitaan di media massa, membuat kesan kurang baik bagi dunia pendidikan di Kabupaten Pati. Padahal aksi kekerasan itu, merupakan kejadian yang berbeda. “Tolonglah ini diklarifikasi dan jangan berlarut – larut jadi besar, untuk lahan media elektronik itu. Karna menurut saya kasus itu tidak begitu besar sebetulnya, sudah selesai di sekolah. Tapi gak tahunya, muncul Gang Brengsek itulah yang menjadi besar”, kata Sutowo.

Menanggapi penolakan Kepala SMA di Juwana dan Batangan, untuk membina siswinya yang terlibat Gang Nero, Kepala Dinas Pendidikan DisDik Kabupaten Pati, Sarpan, meminta, agar Kepala SMA yang telah mengambil kebijakan mengeluarkan siswinya karna terlibat aksi Gang Nero, untuk dapat menyalurkan ke sekolah lain. Sehingga kedepannya mereka dapat melanjutkan sekolahnya, sebagai bentuk tanggung jawab selaku pendidik. “Jadi kita lihat sisi positifnya. Kadang – kadang anak nakal itu, punya kelebihan. Jadi tolong Kepala Sekolah, jangan dilepas begitu saja, kalau bisa diterima. Kalau tidak ya disalurkan ke sekolah lain, dengan agrement. Malah nanti tidak dapat tempat untuk sekolah. Dikawal dan harus ada yang menerima, sebagai bentuk tanggungjawab sekolah. Tapi yang lebih mudah ya come back”, pintanya.
Aksi Gang Nero yang sudah dalam penanganan Polres Pati, Rabu pagi, 17 Juni 2008, juga dibahas Komisi D DPRD Pati. Pembahasan tersebut, untuk mencari solusi yang tepat, bagi anggota Gang Nero, untuk berubah, dan kembali bersekolah dengan baik.

Rapat yang dipimpin Ketua Komisi D DPRD Pati, Haji Mudasir, bersama anggotanya, dihadiri Kepala DisDik Pati, Sarpan bersama beberapa staffnya, dan Kepala SMA Negeri di Pati. By Agus Pambudi.
Read More..

Mendiknas Ingatkan Larangan Kekerasan Saat Orientasi Siswa

Mendiknas Ingatkan Larangan Kekerasan Saat Orientasi Siswa

Jakarta (ANTARA News) – Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Muhammad Nuh melarang adanya kekerasan saat orientasi kesiswaan berlangsung dalam memasuki ajaran baru 2010/2011, yang dimulai pada Senin (12/7).

“Orientasi kesiswaan itu penting untuk menanamkan kepribadian kepada siswa dan memberikan pengenalan kepada siswa baru tentang sekolahnya dan teman-temannya,” katanya usai melayat di kediaman almarhum KH Idham Cholid, di Cipete, Jakarta, Minggu.

Saat ini, kata dia, pihaknya tengah mengembangkan pendidikan yang berkarakter tanpa harus ada kekerasan pada ajaran baru ini.

Menurut Nuh, tradisi yang kurang baik itu lebih baik ditinggalkan karena akan memberikan dampak yang buruk terhadap siswa.

“Tradisi kekerasan harus dihentikan. Saat ini perlu pengembangan pendidikan berkarakter, seperti santun, wawasan luas dan lainnya,” ucapnya.

Ia berharap Dinas Pendidikan yang ada di Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap orientasi kesiswaan di sekolah-sekolah.

“Kalau ada kepala sekolah yang melaksanakan orientasi kesiswaan dengan kekerasan, maka akan dikenakan sanksi. Sanksinya berupa teguran atau sanksi lainnya,” tegas Nuh. Read More..

Senin, 02 Agustus 2010

pendidikan

Sekolah Asal, Tolak Bina Kembali Anggota Gang Nero
Oleh : Agus Pambudi | 19-Jun-2008, 02:38:00 WIB

KabarIndonesia - 3 SMA, tempat 4 remaja putri anggota Gang Nero bersekolah, menolak untuk membina mereka kembali, sebagai muridnya. Karna mereka dinilai telah mencemarkan nama lembaga pendidikan, SMA tempat asal mereka belajar. Secara administrasi, mereka dikeluarkan dari sekolahnya, pada tanggal 14 Juni 2008.

Para Kepala SMA di Batangan dan Juwana, menolak saran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pati, Sarpan, untuk kembali membina siswinya yang terlibat aksi kekerasan Gang Nero. Justru sebaliknya, para Kepala SMA yang siswinya terlibat Gang Nero, mengambil kebijakan untuk mengeluarkan mereka dari tempatnya belajar.

Keputusan tersebut, diantaranya telah dijatuhkan oleh SMA Negeri Batangan, terhadap siswinya yang menjadi anggota Gang Nero itu, sejak tanggal 14 Juni 2008 lalu.

Kepala SMA Negeri Batangan, Sutowo SPd, yang diwawancara usai rapat evaluasi pendidikan bersama Komisi D DPRD Pati menyatakan, pihaknya bersama Komite Sekolah sudah tidak dapat menerima 2 siswinya yang kini berurusan dengan Polisi, karna aksi kekerasan bersama Gang Nero. Langkah yang sama juga diambil SMA Negeri 1 Juwana, maupun SMK Diponegoro Juwana. “Kami harus kembali melobi dengan temen-temen komite, masyarakat, para siswa, dan para guru dulu. Masalahnya kami tidak seorang diri, dan sesuai administrasi kami sudah melepas mereka, itupun atas permintaan orang tua. Kalau tetap di sekolah lamanya, dia tidak nyaman dengan gurunya maupun temannya, karna mereka sudah ada nilai negatifnya”, jelasnya.

Kepala SMA Negri 1 Batangan, Sutowo menyayangkan penyiaran berita Gang Nero yang dikaitkan dengan Gang Brengsek, di media massa. Karna antara Gang Nero dan Gang Brengsek tidak ada kaitannya. Tapi dengan gencarnya pemberitaan di media massa, membuat kesan kurang baik bagi dunia pendidikan di Kabupaten Pati. Padahal aksi kekerasan itu, merupakan kejadian yang berbeda. “Tolonglah ini diklarifikasi dan jangan berlarut – larut jadi besar, untuk lahan media elektronik itu. Karna menurut saya kasus itu tidak begitu besar sebetulnya, sudah selesai di sekolah. Tapi gak tahunya, muncul Gang Brengsek itulah yang menjadi besar”, kata Sutowo.

Menanggapi penolakan Kepala SMA di Juwana dan Batangan, untuk membina siswinya yang terlibat Gang Nero, Kepala Dinas Pendidikan DisDik Kabupaten Pati, Sarpan, meminta, agar Kepala SMA yang telah mengambil kebijakan mengeluarkan siswinya karna terlibat aksi Gang Nero, untuk dapat menyalurkan ke sekolah lain. Sehingga kedepannya mereka dapat melanjutkan sekolahnya, sebagai bentuk tanggung jawab selaku pendidik. “Jadi kita lihat sisi positifnya. Kadang – kadang anak nakal itu, punya kelebihan. Jadi tolong Kepala Sekolah, jangan dilepas begitu saja, kalau bisa diterima. Kalau tidak ya disalurkan ke sekolah lain, dengan agrement. Malah nanti tidak dapat tempat untuk sekolah. Dikawal dan harus ada yang menerima, sebagai bentuk tanggungjawab sekolah. Tapi yang lebih mudah ya come back”, pintanya.
Aksi Gang Nero yang sudah dalam penanganan Polres Pati, Rabu pagi, 17 Juni 2008, juga dibahas Komisi D DPRD Pati. Pembahasan tersebut, untuk mencari solusi yang tepat, bagi anggota Gang Nero, untuk berubah, dan kembali bersekolah dengan baik.

Rapat yang dipimpin Ketua Komisi D DPRD Pati, Haji Mudasir, bersama anggotanya, dihadiri Kepala DisDik Pati, Sarpan bersama beberapa staffnya, dan Kepala SMA Negeri di Pati. By Agus Pambudi.
Read More..

gang nero

Gang Belimbing, Gang Cinta, Juga Geng Nero
Senin, 16 Juni 2008 | 19:29 WIB
Getty Images

NAMA gang di kota kecamatan Juwana, 12 kilometer timur pusat pemerintahan kabupaten Pati, Jawa Tengah, sebenarnya Belimbing. Namun lebih dikenal dengan gang cinta (GC).Gang itu sendiri panjangnya lebih dari 500 meter. Kanan kirinya berupa tembok tebal bagian belakang perumahan penduduk, rata-rata setinggi lebih dari tiga meter, yang sebagian besar dihuni enis tertentu.

Gang itu juga bersih, sudah dicor beton, dan bisa dilalui mobil meski tak bisa untuk berpapasan. Sebagian besar tembok bercat putih, lumayan bersih dan hanya ada sedikit corat-coret di tembok. Hanya saja, sangat jarang warga setempat maupun pengguna jalan melewati gang tersebut. Mereka memilih melalui dua jalan raya yang sejajar dengan GC.

Kondisi itulah yang biasa dimanfaatkan untuk pacaran anak-anak remaja, sehingga gang itu juga dikenal sebagai Gang Cinta. Akan tetapi, tak sedikit pula remaja tanggung yang memanfaatkan gang itu untuk lokasi minum minuman keras yang aman!

Kota Kecamatan Juwana dikenal sebagai pusat pasar beras, industri kuningan, pelabuhan antarpulau, dan tempat pendaratan ikan maupun tempat penjualan ikan (TPI) terbesar nomor dua di Jateng, serta berada di jalur utama Jakarta-Semarang-Surabaya.

Di GC itulah, geng (gerombolan) neko-neko dikeroyok (Nero), pekan lalu diduga tengah memelonco salah satu calon anggota yang bernama Ls. Perpeloncoan dilakukan dengan menendang dan memukul menggunakan tangan dan kaki. Termasuk menjambak rambut. Anggota geng semuanya remaja putri. Ls sendiri adalah siswa salah satu SMA di Juwana.

Adegan itu sempat direkam dalam bentuk video oleh seorang calon anggota Geng Nero (GN) dan diserahkan kepada orangtuanya. Kemudian diinformasikan kepada wartawan cetak dan elektronik yang kemudian meledak, tersiar ke mana-mana.

Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Pati, Sulkhan dalam jumpa pers di ruang kerjanya, Senin (16/6), untuk sementara ada empat anggota Geng Nero yang diamankan, yaitu Rat, My, Tk, Rat. Dua di antaranya adalah siswi SMA Negeri Batangan, seorang siswi SMA Negeri Juwana, dan seorang siswi SMA Diponegoro Juwana.

Polres Pati masih memeriksa para tersangka penganiayaan atas LS, sejumlah saksi, sejumlah orang tua, dan mendatangkan personil dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pati. .

Berpakaian ketat

Menurut Purwaningsih dan Satriyo, dua guru SMA Negeri Juwana, salah satu muridnya yang menjadi anggota GN bernama PAP atau biasa dipanggil Tk, sering ditegur dan diperingatkan agar tidak berpakaian ketat, karena merupakan salah satu larangan pihak sekolah. "Anaknya tergolong cantik, rambutnya selalu di-rebonding dan setiap berangkat sekolah diantar ibunya naik motor. Dalam kegiatan belajar dan sepak terjang di kelas biasa saja. Kami tidak menduga samasekali jika dia menjadi anggota GN dan ikut menganiaya LS," tutur Purwaningsih yang keberatan untuk diambil gambarnya.

Setelah memperoleh laporan dari Polsek Juwana dan pengakuan dari Tk sendiri, akhirnya Kepala Sekolah SMA Negeri Juwana terpaksa mengembalikan Tk kepada orang tuanya, sehingga yang bersangkutan sudah tidak mungkin bisa diterima lagi sebagai murid SMA Negeri Juwana. Meski demikian, masih terbuka kemungkinan ia melanjutkan ke sekolah lain, karena dalam proses pengembalian kepada pihak orang tua tidak disertai embel-embel tertulis dipecat.

Berdasarkan pengakuan Tk kepada Purwaningsih, anggota GN marah besar ketika salah satu anggotanya yang bernama My dicap pelacur, sehingga terjadilah aksi penganiayaan terhadap Ls. "Jika pengakuan lain, penganiayaan yang dilakukan anggota GN merupakan salah satu bentuk penerimaan anggota baru (perpeloncoan), kami tidak tahu menahu," tuturnya.

Ia menambahkan, saat ini Tk diasuh ibunya yang bernama Ny Sukarsih, ayahnya dikabarkan merantau dan sudah pisah ranjang. Ia sudah punya pacar, namun karena tersangkut kasus penganiayaan ini, sang pacar yang juga warga Juwana memilih memutuskan hubungan.

Menurut informasi yang diperoleh Purwaningsih dan Satriyo, GN sudah muncul ketika para anggotanya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan sekarang mereka tersebar di berbagai SMA di berbagai daerah di Pati maupun kota lain.

Seorang pemuda yang bekerja di salah bengkel motor dan seorang remaja yang bekerja di salah satu warung makan di kota Juwana, sudah tidak asing lagi mendengar nama GN maupun GC.

Meski demikian, aparat keamanan di Juwana yang pernah diusulkan menjadi kota Administrastif bersama Cilacap ini belum pernah melakukan gebrakan untuk menindak tegas. Bahkan pihak kepolisian belum bisa membeberkan secara faktual, khususnya yang menyangkut GN. Seperti bentuk kegiatan, pimpinan, latar belakang, dan konon ada yang merasa dirugikan jika GN ini dibongkar total. "Kami tetap akan mengusut kasus ini secara tuntas," janji Kepala Polres Pati, melalui Kasatreskrim Sulkhan.

Read More..

jalur mudik

Lebaran atau Idul Fitri 2010 kembali akan diwarnai mudik masyarakat terutama dari kota ke kampung, dan yang dominan adalah dari Jawa ke luar Jawa, lebih spesifik dari ibukota Jakarta ke kota lainnya. Mudik lebaran adalah menggambarkan secara tegas adanya sentralisasi berbagai bidang terutama ekonomi. Mudik lebaran menyodorkan fakta bahwa pembangunan di Indonesia belum merata hingga ke pelosok daerah. Orang-orang mengantungkan hidupnya ke kota. Sebuah negeri primitif.

Ok lupakan sentralisasi dan negeri primitif diatas. Faktanya dari sekarang dimana bulan puasa atau Ramadhan 1431 H pun belum tiba, berbagai pihak terutama pemerintah sudah bersiap sedari dini menghadapi gelombang arus mudik 2010 ini. Diantaranya seperti pembaharuan peta mudik 2010, perbaikan jalan di jalur mudik, fasilitas pendukung seperti pos dan posko mudik hingga persiapan pengamanan dsb.

Seperti yang saya simak di Karawang, yang kemungkinan besar seperti tahun kemarin akan jadi jalur lintasan mudik Jalur Pantura dari Jakarta ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, jalan-jalan hingga saat ini masih dalam perbaikan, bahkan beberapa ruas diperkirakan tidak akan selesai hingga arus mudik berlangsung.

Jadi, selamat melakukan persiapan mudik bagi para petugas atau bagi Anda yang mau mudik! Nanti mudah-mudahan diblog ini atau blog saya yang lain, saya akan update info seputar Read More..

hallabihalal

Ditulis oleh Rizqon Khamami
Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri.

Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya.

Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri. Dosa yang paling sering dilakukan manusia adalah kesalahan terhadap sesamanya. Seorang manusia dapat memiliki rasa permusuhan, pertikaian, dan saling menyakiti. Idul Fitri merupakan momen penting untuk saling memaafkan, baik secara individu maupun kelompok.

Budaya saling memaafkan ini lebih populer disebut halal-bihalal. Fenomena ini adalah fenomena yang terjadi di Tanah Air, dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun Melayu. Ini adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang.

Dalam pengertian yang lebih luas, halal-bihalal adalah acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran. Keberadaan Lebaran adalah suatu pesta kemenangan umat Islam yang selama bulan Ramadhan telah berhasil melawan berbagai nafsu hewani. Dalam konteks sempit, pesta kemenangan Lebaran ini diperuntukkan bagi umat Islam yang telah berpuasa, dan mereka yang dengan dilandasi iman.

Menurut Dr. Quraish Shihab, halal-bihalal merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa Arab halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi) (Shihab, 1992: 317). Meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab, sejauh yang saya ketahui, masyarakat Arab sendiri tidak akan memahami arti halal-bihalal yang merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu. Halal-bihalal, tidak lain, adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara. Halal-bihalal merupakan tradisi khas dan unik bangsa ini.

Kata halal memiliki dua makna. Pertama, memiliki arti 'diperkenankan'. Dalam pengertian pertama ini, kata halal adalah lawan dari kata haram. Kedua, berarti ‘baik’. Dalam pengertian kedua, kata ‘halal’ terkait dengan status kelayakan sebuah makanan. Dalam pengertian terakhir selalu dikaitkan dengan kata thayyib (baik). Akan tetapi, tidak semua yang halal selalu berarti baik. Ambil contoh, misalnya talak (Arab: Thalaq; arti: cerai), seperti ditegaskan Rasulullah SAW: Talak adalah halal, namun sangat dibenci (berarti tidak baik). Jadi, dalam hal ini, ukuran halal yang patut dijadikan pedoman, selain makna ‘diperkenankan’, adalah yang baik dan yang menyenangkan. Sebagai sebuah tradisi khas masyarakat Melayu, apakah halal-bihalal memiliki landasan teologis? Dalam Al Qur’an, (Ali 'Imron: 134-135) diperintahkan, bagi seorang Muslim yang bertakwa bila melakukan kesalahan, paling tidak harus menyadari perbuatannya lalu memohon ampun atas kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, mampu menahan amarah dan memaafkan dan berbuat kebajikan terhadap orang lain.

Dari ayat ini, selain berisi ajakan untuk saling maaf-memaafkan, halal-bihalal juga dapat diartikan sebagai hubungan antar manusia untuk saling berinteraksi melalui aktivitas yang tidak dilarang serta mengandung sesuatu yang baik dan menyenangkan. Atau bisa dikatakan, bahwa setiap orang dituntut untuk tidak melakukan sesuatu apa pun kecuali yang baik dan menyenangkan. Lebih luas lagi, berhalal-bihalal, semestinya tidak semata-mata dengan memaafkan yang biasanya hanya melalui lisan atau kartu ucapan selamat, tetapi harus diikuti perbuatan yang baik dan menyenangkan bagi orang lain.

Dan perintah untuk saling memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain seharusnya tidak semata-mata dilakukan saat Lebaran. Akan tetapi, harus berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Halal-bihalal yang merupakan tradisi khas rumpun bangsa tersebut merefleksikan bahwa Islam di negara-negara tersebut sejak awal adalah agama toleran, yang mengedepankan pendekatan hidup rukun dengan semua agama. Perbedaan agama bukanlah tanda untuk saling memusuhi dan mencurigai, tetapi hanyalah sebagai sarana untuk saling berlomba-lomba dalam kebajikan.

Ini sesuai dengan Firman Allah, â€Å“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam) berbuat kebaikan". (Q.S. 2:148). Titik tekan ayat di atas adalah pada berbuat kebaikan dan perilaku berorientasi nilai. Perilaku semacam ini akan mentransformasi dunia menjadi sebuah surga. Firman Allah (SWT), â€Å“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, benar (imannya) ; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa". (Q.S. 2:177)

Berangkat dari makna halal-bihalal seperti tersebut di atas, pesan universal Islam untuk selalu berbuat baik, memaafkan orang lain dan saling berbagi kasih sayang hendaknya tetap menjadi warna masyarakat Muslim Indonesia dan di negara-negara rumpun Melayu lainnya. Akhirnya, Islam di wilayah ini adalah Islam rahmatan lil ‘alamiin.

Wallau a̢۪lam.

Rizqon Khamami,

Read More..

lebaran

Makna Hakiki Lebaran*
Rabu, 1 Nopember 2006 11:32:15

Puasa Ramadan telah berakhir, nuansa perayaan Idul Fitri masih terasa di awal bulan Syawal ini. Secara harfiah, Idul Fitri bermakna hari suci, sering diartikan hari kembali sucinya jiwa-jiwa umat Muslim setelah menjalankan puasa dan berbagai rangkaian ibadah sebulan penuh selama Ramadan.

Di Indonesia, perayaan Idul Fitri memiliki kekhasan tersendiri. Hari raya Idul Fitri yang sering diistilahkan dengan “lebaran” ini tidak saja menjadi milik umat Muslim secara eksklusif, tapi telah menjadi kultur bangsa yang unik. Dua istilah yang sering kita dengar, baik secara verbal, tertulis di kartu lebaran, maupun gejala beberapa tahun belakangan ini melalui pesan pendek di telpon seluler kita adalah “minal aidin wal faizin” dan “halal bi halal”. Dua frasa bahasa Arab itu, konon tak ditemukan dalam kultur Arab sendiri. Istilah yang lebih sering dipakai dalam budaya Arab adalah ungkapan “kullu aam wa wantum bi khair” (Semoga sepanjang tahun Anda dalam keadaan baik-baik), atau “taqabbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amal kami dan Anda) [Qaris Tajudin; 2006].
Selain itu, masyarakat lebih sering menyebut hari raya ini dengan istilah “Lebaran”, sebuah istilah yang khas bangsa Indonesia. Bukan saja secara istilah, rangkaian tradisi menyambut hari raya di Indonesia juga unik, sebut saja misalnya tradisi mudik, mengunjungi kampung halaman dan bersilaturrahmi kepada orang tua, sanak famili, guru, serta handai taulan. Tradisi lebaran menyisakan pertanyaan besar, bagaimana tradisi yang sangat kuat ini terbentuk? Makna apa di balik pertemuan momen keislaman ini dengan tradisi kultur bangsa kita? Mungkinkan ditarik satu makna dan nilai yang lebih terbuka dan berguna bagi proses penguatan kebangsaan kita?
J.J. Rizal baru-baru ini menulis sebuah artikel yang sangat menarik tentang tradisi lebaran. Sejarawan muda ini mengungkapkan, istilah Lebaran, tidak saja berdimensi religi, tapi sekaligus sosial-budaya- politik. Istilah yang dipopulerkan oleh orang Betawi ini --sepadan dengan istilah Jawa Syawalan atau Bada— direproduksi terus dalam kultur bangsa lebih dari 80 tahun sejak waktu itu. Sejarah mencatat, sejak tahun 1927 istilah tersebut telah dipakai. Pada tahun 1929, Lebaran dijadikan momentum politik yang penting, Java Bode untuk pertama kalinya mempelopori sembahyang Idul Fitri di lapangan terbuka Konengslein (sekarang Gambir), Jakarta. Para tokoh pergerakan nasional menjadikannya ajang pertemuan dan menguatkan semangat rakyat, sekaligus menghayati penderitaannya.

Di awal masa revolusi kemerdekaan, dimana Belanda datang lagi, keadaan negeri ini sangat terancam. Sementara itu terjadi polarisasi dan perpecahan yang sangat hebat diantara bangsa Indonesia sendiri. Keadaan memprihatikan dan rakyat terjepit. “Sejumlah tokoh di bulan puasa 1946 menghubungi Soekarno. Mereka minta agar ia bersedia di hari raya yang jatuh pada Agustus itu, mengadakan perayaan ‘Lebaran’ dengan mengundang seluruh komponen revolusi yang pendirian politiknya beraneka macam, dan kedudukannya dalam masyarakat pun berbeda-beda. Biar Lebaran menjadi ajang saling memaafkan dan memaklumi serta menerima keragaman”. (J.J. Rizal; Tempo 5 Nov 2006) Dari eksplorasi yang singkat ini, bagi kultur kebangsaan kita, bisa dipastikan, bahwa istilah Lebaran memiliki makna yang kuat dan mendalam tentang kemenangan merajut pluralitas bangsa.
Read More..

lebaran

Apa kabar lebaran? Apa makna lebaran? Gw dapet ratusan sms yang isinya ucapan hariraya, entah berapa juga yang sekedar mem-forward-nya, dan berisi ucapan klise. Tapi gw lebih tertarik mengomentari sms ucapan hariraya yang datengnya langsung dari si pengirim. Dalam bahasa Inggris yang norak, atau segala macam jokes (Avant punya), puisi, ucapan yang datar (…”met hariraya bos!“), atau gimana cara yang penting ekspresif. Ada yang dikasih ucapan sori telat ke’…Paling males kalo baca sms yang isinya “taqobalallahu…”, “minal…”, dan sebagainya. Bukan apa-apa, tapi sampe sekarang gw belom ngerti apakah arti “minal aidin wal faizin” itu? Banyak yang memaknai-nya sebagai “mohon maaf lahir bathin”, padahal bukan (yakin bukan). Seperti halnya orang yang nulis Dirgahayu RI ke-60, padahal arti kata “dirgahayu” sendiri dari dirga+rahayu, sanskrit untuk “panjang umur”. Cuman karena konteks-nya ke HUT banget, maka dirgahayu jadi identik sama HUT. Begitu juga “minal aidin wal faizin“. Acara silaturahmi di kantor kalo salaman minta maaf juga pada ngomong “minal…”, instead of “mohon maap…”.

Apakah lebaran berarti saling memaafkan? Dalam perspektif asal-usul, budaya saling memaafkan itu muncul karena setelah Ramadhan, konon dosa kita diampuni oleh The One. Itu transendental. Sekarang linier-nya, habluminannaas-nya, pasca-Ramadhan ini juga mesti beres. Bahkan ada tradisi yang sebelum Ramadhan diberesin dulu urusan fellow-men-ship-nya, baru tenang ngejalanin habluminallah. Cuman karena tradisi yang berpolah, jadinya acakadut. Udah ilang esensi, hilanglah tulus-nya permohonan maaf. Di khotbah solat Ied kemaren sempet disinggung kalo sejatinya kesempatan nge-clear-in hubungan horisontal ini lebih tepat kalo kita bisa ngebuktiin diri (diantaranya) dengan kita memberi maaf terhadap orang yang membenci kita. Masih ada dua ciri lagi yang gw lupa, tapi intinya bagaimana berjiwa lebih besar dengan mendahului dan membunuh gengsi untuk menyelesaikan masalah dengan menjalin kembali tali silaturahmi. Mungkin, jika kita memahami konsep ini akan lebih terasa makna lebaran. Lebih legawa kita memaafkan, ngga cuman formalitas belaka.

Apakah lebaran berarti kemenangan? Jika Ramadan kita lalui dengan sungguh-sungguh, maka boleh kita mengklaim mendapatkan kemenangan. Siapa yang ngga bangga kalo sebulan penuh menahan diri, mendekatkan diri, dan menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Lepas dari segala janji rewards pahala yang belom kita tau pasti, tapi emang udah jelas orang yang bisa mengendalikan dirinya pasti menjadi lebih baik. Tau kapan harus ini, dan tau kapan harus itu. Itulah kemenangan yang diperoleh pasca-Ramadan. Jadi inget kata pak da’i sejuta umat: “…intinya adalah pengendalian diri“. Tapi bagi yang seperti gw, puasa cuman ngga makan-minum pagi-malem? Solat masi bolong, itikaf ngga pernah, teraweh males, tadarus ngga tau maknanya…bisa ngga kita mengklaim kemenangan saat lebaran?

Lebaran kali ini, bagi gw (lebih) bermakna: “pulang”. Khusus yang ini gw merasakan banget sulit dan berharganya perjalanan pulang saat lebaran ini (untuk) diperjuangkan. Kenapa harus pada saat lebaran? Itulah energinya, semacam energi yang menggetarkan hati semua orang bahwa pada momen itu semua harus pulang. Kembali ke asalnya, atau sekedar mengingat asalnya. Mungkin itu juga konsep ilahiyah kenapa bisa jadi kembali ke sesuatu yang fitri meski secara spiritual sama sekali ngga mewakili. Gw berbagi energi dengan jutaan pemudik, sesuatu yang baru pertama kali gw rasain sendiri. Dan begitu indahnya perjuangan itu ketika kita sampai ke kampung halaman, tempat kita tumbuh besar. Begitu menyentuh ketika kita terpaku dihadapan pusara bunda, mengingat semua masa lalu yang kita lalui sampai sekarang. What an achievement. Ruang dan waktu yang dilalui…untuk selalu diputar kembali dalam ritus yang bernama “pulang”. Mengingatkan root kita. Who we are. Inilah pesan lebaran yang nyampe ke gw di antara sekian. Ketika menangis pasca solat Ied di depan memori tentang masa kecil, di depan makam ibu gw, di depan apa yang sudah gw jalani sampe’ saat ini…

Read More..

mencari perjalanan hari ramadan

Catatan Ramadhan: Mencari Makna Perjalanan

...
Ribuan langkah kau tapaki. Pelosok negeri kau sambangi.
Ribuan langkah kau tapaki. Pelosok negeri kau sambangi.
Tanpa Kenal lelah jemu. Sampaikan firman Tuhanmu.
Tanpa Kenal lelah jemu. Sampaikan firman Tuhanmu.*

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Aku mencoba memejamkan mata di sela-sela deru mesin kendaraan dan hembusan angin yang kencang, serta medan jalanan yang tidak rata. Kulepas jaket tebal yang sedari tadi menyelimuti tubuhku, dan kusembunyikan seluruh wajah dengan jaketku itu untuk menghalau laju angin yang menerpa wajahku. Jam di handphone menunjukkan pukul sembilan malam, artinya masih ada dua jam perjalanan yang harus kami tempuh untuk sampai ke tempat tujuan kami, sebuah Kabupaten yang berada di perbatasan antara Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan yang lama perjalanan dari kotaku Samarinda kurang lebih tujuh jam. Sebelumnya, telah kami lalui perjalanan menggunakan bus, menyebrang dengan speedboat dan ini angkutan terakhir yang kami naiki.

Semakin aku memerintahkan mataku untuk terpejam, semakin kuat pula dorongan otak utuk melawannya. Berbagai macam pikiran bercampur baur menjadi satu. Teringat beberapa jam lalu sebelum kepergianku hari ini dimulai.


“Bu, uang jajannya ditambahin ya, soalnya lagi ngga ada dana nih buat berangkat.” Pintaku dengan wajah memelas sembari melipat pakaian yang akan ku bawa ke Tanah Grogot. “Soalnya bendaharanya lagi disana bu, lagipula keuangan memang lagi menipis nih. Berangkatnya aja kok ntar pulangnya gampang.” Lanjutku masih dengan wajah yang sama.
“Iya iya. Kalau sudah disana kan ngga bisa minta lagi sama siapa-siapa.” Jawab ibuku sembari mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna biru. “Ini jatah baju lebaranmu ya. Ngga ada tambahan lagi.”
“Baiklah. Alhamdulillah.” Jawabku, sembari tersenyum polos. “Ngga apa-apa deh ngga pakai baju baru, yang penting bisa berangkat.” Senyumku dalam hati.

Supir angkutan Penajam-Tanah Grogot masih memacu kendaraannya dengan kencang, sementara pikiranku masih berputar-putar tak tentu kemana arahnya. Perutku yang belum terisi makanan berat semenjak buka puasa beberapa jam lalu juga mulai memberontak sementara aroma makanan yang telah disiapkan ibu juga menggoda penciumanku. Sementara untuk makan, rasanya tidak mungkin dapat menelan nasi dalam perjalanan seperti ini.

Perang batin bergemuruh dalam pikiranku saat ini.
“Apa yang kau cari dari perjalanan ini Nisa?”
“Aku ngga tahu.”
“Kamu ngga tahu? Setelah sejauh perjalanan dan pengorbananmu kamu ngga tahu apa yang kau cari?”
“Aku benar-benar ngga tahu. Perjalananku adalah pemenuhan tugas dan amanahku.”
“Cuma itu?”
“Aku… A-aku… Ak-aku… sebenarnya aku tahu apa tujuanku. Hanya saja, aku malu, terlampau malu untuk sekedar membicarakannya dalam pikiranku.”
“Memangnya apa tujuanmu….?”
“Jangan tanya. Aku tak mampu mengatakannya….. sudah jangan tanya lagi….!!”

“Ka Nisa,… Ka….” Terdengar suara Aje yang duduk di sampingku membangunkanku dari tidur singkat. “Ada telepon dari Ka Jannah.” Lanjutnya.
Aku meraih handphonenya dan berbicara dengan Ka Jan di ujung telepon sana. Suaranya yang ramai menghilangkan sedikit kantukku.
“Dah sampai di mana de?”
“Ngga tahu Ka masih hutan nih.”
“Tanya sama siapa gitu. Atau sama sopirnya kah.”
“Iya.” Jawabku sambil tersenyum. Rupanya kakakku itu mengkhawatirkan kami juga.

Setelah itu suara yang ku dengar dari ujung telepon bermacam-macam. Sepertinya anak-anak disana berebut ingin berbicara denganku. Mereka adalah adik-adikku yang masih SMA. Semangatnya dalam menyiapkan kegiatan Training Ramadhan ini membuatku haru. Rasanya semua lelah, penat dan dilemaku terbang bersama angin mendengar mereka begitu menantikan kedatanganku. Ribuan langkah aku semakin dekat dengan kalian. Tunggulah kehadiranku disana pejuang-pejuang muda.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Hari demi hari kulalui disini. Sebuah kota kecil yang suasananya akan aku rindukan suatu saat nanti jika aku pulang. Kotanya masih asri dan suasananyapun tidak begiu ramai. Pernah aku bercanda pada temanku yang asli orang Tanah Grogot kalau suasana jalan rayanya sama seperti di Samarinda jam sebelas malam saking lengan dan sepinya kendaraan. Belum seminggu saja aku sudah hapal jalan-jalannya.

Ya, sudah hampir seminggu aku berada disini. Bergantian dengan Kak Jan mengisi training. Materi keislaman, kepemimpinan, dan yang lainnya juga kami sampaikan. Karena padatnya aktivitas disini hampir saja aku terlupa untuk menelepon rumah. Teringat beberapa malam lau ketika ayah menelepon dan aku bilang bahwa sedang mengisi materi. Teringat pula ketika hari-hari sebelumnya aku menghubungi orang rumah hanya untuk meminta kiriman pulsa. Pikiranku melayang-layang kehilangan fokus. Telingaku terpecah antara mendengarkan lantunan tilawah di masjid dan mendengarkan sisi lain di hatiku yang bergemuruh. Entah karena ikatan kerinduan yang begitu kuat, tak lama kemudian aku mendapat telepon dari rumah.

“Assalamualaikum ka, kapan pulang?” Suara adikku Monik yang masih kelas dua SD mengawali pembicaraan.
“Waalaikumsalam. Besok lusa de.” Jawabku.
Di belakang sana, terdengar suara adik kecilku yang sepertinya ingin bicara denganku juga.
“Kak, Aan mau ngomong.” Kata Monik kemudian.
“Halo…. Kakak apan ulan?” Suara adik balitaku kemudian terdengar.
“Sebentar lagi de. Tungguin aja ya.”
“Bawa ole-ole ya uat Aan.”
Aku tersenyum mendengar celotehannya. Tiba-tiba aku merasa rindu direpotkan olehnya. Merasa kangen bermain ataupun memarahinya. Jikalau aku tidak pergi, mungkin rasa rindu ini tidak kuat seperti biasanya.
“Kalau ada nanti kakak carikan ya. Mana ibu?”
Dan tak lama kemudian berganti menjadi suara ibu.
“Hallo. Eh, gimana sahurnya disana?” Tanya ibuku.
“Enak kok bu. Banyak panitianya yang masak. Kakak tinggal makan aja.” Jawabku.
“Kemaren ibu sakit ngga bisa puasa.”

Lama aku terdiam. Anak mana yang tidak tergetar hatinya mendengar ibundanya yang sakit? Aku merasa bersalah tidak ada di rumah saat ini, ketika ibu membutuhkan aku, menggantikan peranya mengurus rumah. Aku ingin pulang dan berada di rumah saat ini. Mendampingi buku, menggantikannya memasak dan menjaga adik-adikku.

Ada air mata yang tertahan di ujung kelopak mata. Hanya bisa tertahan tanpa aku mampu keluarkan. Entah karena betapa kerasnya hatiku, ataukah ini pertanda rasa cintaku yang teramat dangkal kepada ibu? Ibu yang begitu mengikhlaskan anaknya menjalani aktivitas lebih dari biasanya. Tidak melarang kegiatan ini dan itu seperti kebanyakan orang tua lainnya. Memberi kebebasan sepenuhnya kepdadaku untuk bertanggung jawab terhadap jalan yang telah aku pilih. Tak pernah protes ketika agenda di kampus ataukah kegiatan di luar yang memaksaku untuk pulang senja dan mengurangi aktivitas di rumah bersama keluarga. Ibuuu… batinku berteriak memanggilmu. Andai saja aku bisa pulang saat ini, mungikn aku sudah akan melakukannya.

“Sekarang masih sakit kah bu?”
“Sudah ngga. Ini Ibu sudah puasa. Kemaren empat hari ngga puasa.”
Dan hingga detik aku mendengar suara ibu ini, aku menyadari bahwa ibu mengabarkan setelah ia sembuh. Ibu tidak ingin aku mencemaskan keadaannya.

“Bu…..” Berat kata-kataku untuk melanjutkannya. “…. Nanti kalau kakak ke Samarinda, ada yang mau di selesaikan dulu disini. Jadi, ngga bisa nginap dirumah dulu. ngga apa-apa kah bu?”
“Iya ngga apa-apa. Nanti kabari aja ya.”

Hingga telepon itu terputus pun, aku masih tidak sanggup untuk mengeluarkan air mata. Ya Allah betapa kini kusadari, semakin jauh perjalanan Kau mengajarkanku arti kerinduan. Semakin lama waktu memisahkan akan semakin membuat makna tentang arti pertemuan. Ternyata dengan jalan ini Kau menyadarkan aku arti akan sebuah cinta dari keluarga. Cinta yang sebenar-benarnya cinta. Ketika setiap hari bertemu, bertatap wajah dan bercerita tentang hari-hariku, tentang aktivitasku dan tentang cita-cita dan masa depanku, setiap hari mencium tangan dan memberikan senyuman, rasa kerinduan ini tidak pernah tumbuh sedemikian kuatnya. Kerinduan akan arto sebuah keluarga, baiti jannati. Aku rindu rumah. Rindu yang tak pernah terpikirkan olehku ketika seharian meninggalkan rumah.

Ramadhan ini, aku ingin juga menikmati sahur dan buka puasa bersama ibu, ayah, dan keempat adik-adikku. Monik mulai belajar puasa, Aan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya sembari menikmati buka puasa dengan anak-anak kecil di masjid. Rezza dan Puput belajar rajin shalat dan tepat waktu. Ramadhan ini kami semua mengalami proses belajar. Sementara aku disini, ratusan kilometer dari mereka, aku belajar banyak dari perjalanan. Belajar memahami sebuah makna, sebuah arti dari ikatan indahnya sebuah keluarga.

Teringat kembali dialog batinku saat aku memuli perjalanan ini. Aku malu untuk mengatakan tujuanku menempuh perjalanan ini. Kini ku azzamkan dalam hati dan dalam diri, tujuan itu akan tetap terpatri dalam perjalananku pulang nanti, dan juga perjalanan-perjalanan hidupku setelah ramadhan ini berakhir, dan menyongsong Ramadhan-Ramadhan yang akan datang. Aku berjalan mencari Ridho Ilahi.
Read More..

makna sholat witir

Hukum Melaksanakan Shalat Witir Dua Kali dalam Semalam

ARTIKEL TUNTUNAN RAMADHAN
Didasarkan pada riwayat Tirmidzi dari Qais bin Thalq bin Ali dari ayahnya dia berkata, saya mendengar Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada dua kali witir dalam satu malam." Juga apa yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Jadikanlah akhir shalat malam kalian dengan witir."
Al Lajnah ad Daimah didalam fatwanya No. 11271 mengatakan :
1. Barangsiapa yang tidur dalam keadaan telah melaksanakan witir kemudian dia bangun malam untuk tahajjud maka shalatlah apa yang ditetapkan terhadapnya namun tidak usah mengulangi witir, sebagai pelaksanaan terhadap larangan Nabi saw tentang tidak ada dua witir dalam satu malam.
2. Barangsiapa yang tidur dan belum melaksanakan witir namun berniat bangun di akhir malam dan dirinya memiliki kesanggupan untuk melakukannya maka hendaklah dia melaksanakan shalat witir di akhir malamnya, inilah yang paling utama karena saat itu adalah waktu turunnya Allah swt dan mengamalkan hadits ,”Jadikanlah akhir shalat malam kalian dengan witir." Hadits ini menunjukkan keutamaan dan tidak ada pertentangan dengan hadits Abu Hurairoh, ”Kekasihku memberiku tiga wasiat; puasa tiga hari pada setiap bulan, shalat dluha dan tidak tidur sebelum aku shalat witir." Karena hal ini (hadits Abu Hurairoh) adalah hak orang yang tidak memiliki kesanggupan didalam dirinya untuk bangun di akhir malam.
Terdapat riwayat bahwa Nabi saw melaksanakan shalat witir pada awal, pertengahan dan akhir malam. ”Hal ini menunjukkan bahwa malam seluruhnya adalah waktu untuk melaksanakan shalat witir. Sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia melakukan witir di awal malam. Dan barangsiapa yang berharap mampu bangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena shalat di akhir malam disaksikan (oleh para malaikat) dan hal itu adalah lebih afdhal (utama).
3. Barangsiapa yang tidur dan belum melaksanakan shalat witir sedangkan dirinya berniat bangun di akhir malam namun dirinya dikalahkan oleh tidurnya maka disyariatkan baginya untuk mengqodho shalat witir pada waktu dhuha dan menggenapkannya dengan satu rakaat, ”Apabila Rasulullah saw ketinggalan shalat malam karena sakit atau lainnya, maka beliau melaksanakan shalat pada siangnya sebanyak dua belas rakaat." (HR. Muslim) Wallahu A’lam..
Read more about Fiqhislam.com - Pustaka Muslim Indonesia by www.fiqhislam.com Read More..

hikma puasa

HIKMAH PUASA
DALAM TINJAUAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN
(Oleh : Fajar Adi Kusumo)
Manusia merupakan makhluk yang tertinggi derajatnya, oleh karena itu manusia diutus oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk yang tertinggi yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah yang lain adalah manusia dikaruniai oleh Allah dengan akal sedangkan makhluk Allah yang lain tidak. Dengan akalnya ini manusia berusaha sejauh mungkin untuk mengupas rahasia-rahasia alam karena alam semesta ini diciptakan oleh Allah dan tak akan lepas dari tujuannya untuk memenuhi kebutuhan makhluknya. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka"
(QS. Ali Imran : 191)
Ayat inilah yang membuat orang mulai berpikir untuk mencari hikmah dan manfaat yang terkandung dalam setiap perintah maupun larangan Allah diantaranya adalah hikmah yang tersembunyi dari kewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang diperintahkan oleh Allah khusus kepada orang-orang yang beriman. Hal ini seperti disebutkan di dalam firman Allah yaitu :
"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa"
(QS. Al Baqarah : 183)
Sudah barang tentu hikmah puasa tersebut sangat banyak baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umat (masyarakat) pada umumnya. Diantara hikmah-hikmah tersebut yang terpenting dan mampu dijangkau oleh akal pikiran manusia sampai saat ini antara lain :
a. Memelihara kesehatan jasmani (Badaniyah)
Sudah menjadi kesepakatan para ahli medis, bahwa hampir semua penyakit bersumber pada makanan dan minuman yang mempengaruhi organ-organ pencernaan di dalam perut. Maka sudah sewajarnyalah jika dengan berpuasa organ-organ pencernaan di dalam perut yang selama ini terus bekerja mencerna dan mengolah makanan untuk sementara diistirahatkan mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari selama satu bulan.
Dengan berpuasa ini maka ibarat mesin, organ-organ pencernaan tersebut diservis dan dibersihkan, sehingga setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan Insya Allah kita menjadi sehat baik secara jasmani maupun secara rohani. Hal ini memang sudah disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim yaitu :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
"Berpuasalah maka kamu akan sehat"
(HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim)
Juga dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
"Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad) ialah puasa"
(HR. Ibnu Majah)
Dalam penelitian ilmiah, kebenaran hadis ini terbukti antara lain :
1. Fasten Institute (Lembaga Puasa) di Jerman menggunakan puasa untuk menyembuhkan penyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi dengan penemuan-penemuan ilmiah dibidang kedokteran. Metode ini juga dikenal dengan istilah "diet" yang berarti menahan / berpantang untuk makanan-makanan tertentu.
2. Dr. Abdul Aziz Ismail dalam bukunya yang berjudul "Al Islam wat Tibbul Hadits" menjelaskan bahwa puasa adalah obat dari bermacam-macam penyakit diantaranya kencing manis (diabetes), darah tinggi, ginjal, dsb.
3. Dr. Alexis Carel seorang dokter internasional dan pernah memperoleh penghargaan nobel dalam bidang kedokteran menegaskan bahwa dengan berpuasa dapat membersihkan pernafasan.
4. Mac Fadon seorang dokter bangsa Amerika sukses mengobati pasiennya dengan anjuran berpuasa setelah gagal menggunakan obat-obat ilmiah.
b. Membersihkan rohani dari sifat-sifat hewani menuju kepada sifat-sifat malaikat
Hal ini ditandai dengan kemampuan orang berpuasa untuk meninggalkan sifat-sifat hewani seperti makan, minum (di siang hari). Mampu menjaga panca indera dari perbuatan-perbuatan maksiat dan memusatkan pikiran dan perasaan untuk berzikir kepada Allah (Zikrullah). Hal ini merupakan manifestasi (perwujudan) dari sifat-sifat malaikat, sebab malaikat merupakan makhluk yang paling dekat dengan Allah, selalu berzikir kepada Allah, selalu bersih, dan doanya selalu diterima.
Dengan demikian maka wajarlah bagi orang yang berpuasa mendapatkan fasilitas dari Allah yaitu dipersamakan dengan malaikat. Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulullah dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Turmudzi yaitu :
"Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka yaitu orang yang berpuasa sampai ia berbuka, kepala negara yang adil, dan orang yang teraniaya"(HR. Turmudzi).
Juga dalam hadits lain dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘As, Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya orang yang berpuasa diwaktu ia berbuka tersedia doa yang makbul"
(HR. Ibnu Majah)
Disamping itu hikmah yang terpenting dari berpuasa adalah diampuni dosanya oleh Allah SWT sehingga jiwanya menjadi bersih dan akan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah SWT. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi yaitu :
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda :
"Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan perhitungannya (mengharapkan keridla’an Allah) maka diampunilah dosa-dosanya.
(HR. Bukhari)
Juga dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu :
Dari Sahl r.a dari Nabi SAW beliau bersabda :
"Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut dengan Rayyan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga dari pintu itu. Tidak seorangpun masuk dari pintu itu selain mereka. (Mereka) dipanggil : Mana orang yang berpuasa ? Lalu mereka berdiri. Setelah mereka itu masuk, pintu segera dikunci, maka tidak seorangpun lagi yang dapat masuk"
(HR. Bukhari)
Dengan demikian maka dapatlah disimpulkan bahwa berpuasa membawa manfaat yang sangat besar bagi manusia baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial. Sehingga setelah seseorang selesai menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan diharapkan ia menjadi bersih dan sehat baik jasmani maupun rohani dan kembali suci bagai bayi yang baru lahir. Amiin. Read More..

hikma puasa

HIKMAH PUASA RAMADHAN
Oleh Ustaz Syed Hasan Alatas
"Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (S.al-Baqarah:183)
PUASA menurut syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah,karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepada-Nya.
RAMAHDAH bulan yang banyak mengandung Hikmah didalamnya.Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bukan sahaja telah diarahkan menunaikan Ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda,malah dibulan Ramadhan Allah telah menurunkan kitab suci al-Quranulkarim,yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dengan yang salah.
Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dsb.
Meskipun makanan dan minuman itu halal, kita mengawal diri kita untuk tidak makan dan minum dari semenjak fajar hingga terbenamnya matahari,karena mematuhi perintah Allah.Walaupun isteri kita sendiri, kita tidak mencampurinya diketika masa berpuasa demi mematuhi perintah Allah s.w.t.
Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah:"Wahai orang-orang yang beriman" dan disudahi dengan:" Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa."Jadi jelaslah bagi kita puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah kita diberi kesempatan selama sebulan Ramadhan,melatih diri kita,menahan hawa nafsu kita dari makan dan minum,mencampuri isteri,menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia,seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya, merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan ummat, dan berbagai perbuatan jahat lainnya.Rasullah s.a.w.bersabda:
"Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor." (H.R.Ibnu Khuzaimah)
Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu bukan sahaja dapat membersihkan Rohani manusia juga akan membersihkan Jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat merehatkan alat pencernaan kita lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan berkesan.
Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan rohani dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia sahaja.
Allah berfirman yang maksudnya:
"Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (s.al-A'raf:31)
Nabi s.a.w.juga bersabda:
"Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."
Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Boleh menyebabkan badan menjadi gemuk, dengan mengakibatkan kepada sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan Puasa dibulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insy Allah kita akan bertemu kembali.
Allah berfirman yang maksudnya: "Pada bulan Ramadhan diturunkan al-Quran pimpinan untuk manusia dan penjelasan keterangan dari pimpinan kebenaran itu, dan yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan. Barangsiapa menyaksikan (bulan) Ramadhan, hendaklah ia mengerjakan puasa.
(s.al-Baqarah:185) Read More..

makna bulan puasa

Pengertian, Definisi dan Tata Cara Puasa Ramadhan, Senin Kamis, Nazar, Sya'ban, Petengahan Bulan, Asyura, Arafah dan Syawal
Thu, 06/07/2006 - 3:59pm — godam64
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Hari-hari yang dilarang untuk puasa, yaitu :- saat lebaran idul fitri 1 syawal dan idul adha 10 dzulhijjah- Hari tasyriq : 11, 12, dan 13 zulhijjah
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.
Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum waktunya adalah :- Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa)- Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa)- Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar fidyah)- Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib membayar fidyah 3/4 liter beras atau bahan makanan lain)
A. Puasa RamadhanPuasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi orang yang sehat. Sedangkan bagi yang sakit atau mendapat halangan dapat membayar puasa ramadhan di lain hari selain bulan ramadan. Puasa ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh di bulan romadhon kalender hijriah / islam. Puasa ramadhan diakhiri dengan datangnya bulan syawal di mana dirayakan dengan lebaran ied / idul fitri.
B. Puasa Senin KamisPuasa senin kamis hukumnya adalah sunah / sunat di mana tidak ada kewajiban dan paksaan untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa lainnya hanya saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak boleh di hari lain.
C. Puasa NazarUntuk puasa nazar hukumnya wajib jika sudah niat akan puasa nazar. Jika puasa nazar tidak dapat dilakukan maka dapat diganti dengan memerdekakan budak / hamba sahaya atau memberi makan / pakaian pada sepuluh orang miskin. Puasa nazar biasanya dilakukan jika ada sebabnya yang telah diniatkan sebelum sebab itu terjadi. Nazar dilakukan jika mendapatkan suatu nikmat / keberhasilan atau terbebas dari musibah / malapetaka. Puasa nazar dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas ni'mat dan rizki yang telah diberikan.
D. Puasa Bulan Syaban / Nisfu Sya'banPuasa nisfu sya'ban adalah puasa yang dilakukan pada awal pertengahan di bulan syaban. Pelaksanaan puasa syaban ini mirip dengan puasa lainnya.
E. Puasa Pertengahan BulanPuasa pertengahan bulan adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan sesuai tanggalan hijriah. Pelaksanaan puasa pertengahan bulan mirip dengan puasa lainnya.
F. Puasa AsyuraPuasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 di bulan muharam / muharram. Pelaksanaan puasa assyura mirip dengan puasa lainnya.
G. Puasa ArafahPuasa arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 di bulan zulhijah untuk orang-orang yang tidak menjalankan ibadah pergi haji. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya.
F. Puasa SyawalPuasa syawal dikerjakan pada 6 hari di bulan syawal. Puasa syawal boleh dilakukan pada 6 hari berturut-turut setelah lebaran idul fitri. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya. Read More..

makna bulan puasa

Makna Puasa di Bulan Ramadhan

Puasa, bukan sekedar kewajiban tahunan, dengan menahan lapar dan berbuka, kemudian setelah itu hampir tidak berbekas dalam jiwa ataupun dalam perilaku dalam bersosialisasi di masyarakat, namun puasa lebih kepada kewajiban yang mampu menggugah moral, akhlak, dan kepedulian kepada hal social kemasyarakatan. Puasa merupakan kewajiban yang universal, dan sebagai orang yang beragama Islam, maka perlu diyakini bahwa puasa merupakan kewajiban yang disyariatkan untuk setiap muslim/mukmin, seperti layaknya sebagai umat dari Nabi Muhammad SAW.Puasa, merupakan satu cara untuk mendidik individu dan masyarakat untuk tetap mengontrol keinginan dan kesenangan dalam dirinya walaupun diperbolehkan. Dengan berpuasa seseorang dengan sadar akan meninggalkan makan dan minum sehingga lebih dapat menahan segala nafsu dan lebih bersabar untuk menahan emosi, walaupun mungkin terasa berat melakukannya.Puasa juga merupakan kewajiban yang konkret sebagai pembina suatu kebersamaan dan kasih sayang antar sesama. Sesama orang Islam akan merasakan lapar, haus, kenyang, dan sulitnya menahan emosi dan amarah diri. Puasa dalam satu bulan, seharusnya dapat membawa dampak positif berupa rasa solidaritas dan kepedulian antar saudara, rasa kemanusiaan yang mendalam atas penderitaan sesama manusia. Perasaan sama-sama lapar, haus, kesabaran yang lebih, dan kesucian pikiran juga kata-kata, mampu membuat manusia memiliki rasa kebersamaan dalam masyarakat, dan menghasilkan cinta kasih antar sesama tanpa memandang latar belakang, warna kulit, dan agama.Keistimewaan Bulan PuasaBulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa, bulan penuh berkah, dan segala amal baik umat-Nya di dunia akan dibalas berlipat ganda oleh Tuhan. Semangat untuk menjalankan ibadah puasa, mampu membentuk karakter untuk memperbanyak amal kebajikan maupun amal ibadah spiritual dalam diri. Selain itu, bulan puasa merupakan bulan yang dapat digunakan untuk membuat mental menjadi tetap konsisten dan istiqamah dalam sebelas bulan berikutnya.Namun, apapun yang diperbuat di bulan puasa ini, semuanya kembali kepada kesadaran diri masing-masing, untuk memahami makna puasa, dan makna-makna lain yang akan menentukan sikap dan perilaku diri ke depan setelah berlalunya bulan puasa. Oleh karena itu, apa yang sampai di mata dan telinga Allah, adalah niat, maka hati dan pikiran kita untuk menjalankan ibadah puasa, bukan penampilan lahiriah atau materi peribadatan yang dilakukan. Read More..

Makna Puasa

Makna Puasa
Sabtu, 22 Agustus 2009 13:57:49

* Ramadhan

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : Setiap amalan anak Adam untuknya satu kebaikan dibalas dengan 10 sampai 700 kebaikan. Allah berfirman, ‘Kecuali puasa, karena dia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya’. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kata puasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan) atau salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Puasa dalam bahasa Arab disebut shiyam atau shaum. Keduanya sama-sama kata dasar dari kata kerja sha-wa-ma, yang berarti menahan secara mutlak dan tidak bepergian dari satu tempat ke tempat lain (Asy-Syaukani, 1173 – 1255 H, dalam Fathul-Qadir).

Orang yang diam pun dapat dikatakan berpuasa, sebab ia menahan diri dari berbicara sebagaimana firman Allah SWT: Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah. Puasa di sini berarti tidak berbicara. Hal ini juga dipertegas dengan baris selanjutnya: Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. (QS. Maryam [19] : 26).

Hal tersebut di atas dapat dipahami bahwa shiyam atau shaum merupakan qiyam bila ‘amal, yang berarti ‘beribadah tanpa bekerja’. Dikatakan demikian karena puasa itu sendiri bebas dari gerakan-gerakan, baik gerakan itu berdiri, berjalan, makan, minum dan sebagainya. Sehingga, Ibnu Duraid mengatakan bahwa segala sesuatu yang diam dan tidak bergerak, berarti sesuatu itu sedang berpuasa.

Ibnu Mandzur dalam Lisan Al-’Arab mendefinisikan puasa sebagai hal meninggalkan makan, minum, menikah, dan berbicara.

Adapun pengertian puasa menurut istilah ulama fiqh adalah menahan diri dari segala yang membatalkan sehari penuh mulai dari terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Dalam Surah Al-Baqarah, Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah [2] : 183)

Demikianlah uraian singkat tentang makna puasa. Mudah-mudahan menjadi pengingat bahwa Ramadhan akan menjadikan kita sebagai insan kamil. Jutaan kebahagiaan dan kemenangan selalu Allah SWT tawarkan kepada kita di dalam bulan yang mulia ini. Sungguh merugi sekali bila kita tidak memanfaatkan momentum Ramadhan. (Baihaqi Nu’man) Read More..

Sabtu, 31 Juli 2010

ke budayaan indonesia

RM Sari Bundo Buka di Sukoharjo
Selasa, 27/07/2010 09:00 WIB - nie

SOLO—Setelah beberapa waktu lalu dilakukan soft opening Rumah Makan (RM) Sari Bundo di Solo, hari ini (27/7) kembali akan dibuka cabang keduanya di Sukoharjo. Rumah makan kuliner Padang ini merupakan milik pengusaha terkenal di Solo, Lukminto.
Pada 18 Juni lalu, Lukminto memperkenalkan satu bisnis barunya di bidang kuliner dengan membuka RM Sari Bundo di Jalan Gajah Mada 36 Solo. Pemilik Sri Rejeki Tekstil (Sritek) ini membeli hak franchise rumah makan yang menyajikan aneka masakan Padang untuk dikembangkan di Surakarta.
Lukminto menuturkan kehadiran RM Sari Bundo di Sukoharjo, tepatnya di Jalan Jendral Sudirman 121, tetap akan mempertahankan standar waralaba/franchise dari Jakarta.
“Baik standar pelayanan dan fasilitas sama dengan yang ada di Solo, begitu juga dengan harganya. Kenapa dibuat sama karena kami yakin baik Solo maupun Sukoharjo memiliki peluang pasar yang sama,” tuturnya kepada wartawan, Senin (26/7).
Diakuinya bahwa pembukaan RM Sari Bundo di Solo dan Sukoharjo dikejar sebelum Puasa tiba. Karena menurutnya mayoritas target pasar rumah makan Padang adalah umat muslim.
Ke depan Lukminto tidak hanya berencana membuka cabang di Surakarta tapi juga di Singapura, Malaysia, dan Hongkong. (nie) Read More..

Kamis, 22 Juli 2010

belajar matemaitika

tips belajar matematika
1.Beri inspirasi
Beberapa anak-anak atau siswa tidak menyukai matematika karena tidak tahu intinya. Tidak seperti membaca atau menggambar, symbol matematika dan bilangan seperti tidak punya arti. Tunjukkan betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari atau di dunia nyata. Ceritakan penemuan-penemuan penting mulai dari piramida di Mesir, sampai ke Mars, tidak ada yang bisa dicapai tanpa metematika, dan matematikawan.
2. Beri contoh nyata
Ajak anak-anak atau siswa dalam matematika nyata lepas dari sekolah. Temukan sesuatu yang menarik bagi anak dan hubungkan dengan matematika. Misalnya, jika mereka suka basket/sepak bola, selama pertandingan, Tanya amereka berapa point tim yang kalah harus dapatkan untuk memenangkan pertandingan. Dan berapa banyak pertandingan yang mereka butuhkan untuk menang sampai mereka dapat point cukup untuk memenangkan liga? Jika mereka suka membantu di rumah, ajak mereka mengukur kayu yang harus dipotong, atau menimbang bahan untuk kue. Di took ajak mereka menghitung total harga atau tanyakan berapa kembalian uangnya.
3. Tahap demi tahap
Sukses dalam matematika, seperti juga dalam hidup adalah membagi proyek besar dalam proyek-proyek kecil yang lebih mudah. Tunjukkan keuntungan mengerjakan satu soal dengan membaginya dalam tahap-tahap kecil yang membuat jauh lebih mudah.
4. Dorongan krativitas
Anak-anak atau siswa mungkin merasa “stuck” da;am suatu topic karena mereka hanya melihat dari satu sisi. Mungkin mereka butuh melihat dari sisi lain yang berbeda. Tunjukkan keindahan sudut pandang yang berbeda. Bantu mereka melihat situasi dari perspektif orang lain. Beri mereka kebiasaan untuk eksploring berbagai cara untuk memcahkan masalah. Bahkan sesuatu yang sederhana seperti membereskan kamar bisa punya berbagai solusi.
5. Berpikir positif
Haruskah pernyataan negative seperti, “matematika itu susah” (bahkan jika anda merasa itu susah). Jelaskan bahwa semua orang punya kemampuan untuk mengerjakan matematika dan memecahkan soal-soal matematika tidak berbeda dengan memecahkan masalah-masalah lain . Di atas semua itu, berikan kepercayaan diri kepada anak. Ajarkan bahwa selalu ada solusi untuk semua problem. Kita akan berlaku lebih baik kalau kita menyukai yang kita kerjakan, dan membuat anak tertarik pada matematika.
6. Memberikan asessmen, reward dan refleksi dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Peserta didik merupakan manusia biasa yang dalam tahap perkembangannya memerlukan sebuah pengakuan diri, penguatan dan penghargaan terhadap apa yang mereka lakukan. Dengan adanya tindakan guru yang memberikan asessmen dan reward, maka mereka merasa senang dan berusaha untuk memperhatikan apa yang diberikan guru kepada mereka. Dari proses tersebut mereka akan merespon dan melakukan inisiatif untuk menciptakan pembelajan yang kreativ. Hal ini merupakan suatu jalan mulus bagi guru untuk terus masuk kepada materi-materi pelajaran sekalipun itu agak sukar bagi mereka untuk mengerjakannya. Tetapi mengarahkan dan memandu dalam mengemukakan apa yang telah mereka pelajari dari awal sampai akhir materi pelajaran lebih penting lagi. Sehingga mereka dapat mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari hari ini. Read More..